KATA PENGANTAR
Puji syukur kini kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGOLAHAN
LOGAM-LOGAM TRANSISI”.
Makalah ini merupakan
sarana untuk menginformasikan hasil pengamatan yang telah penulis lakukan dan
disusun dengan tujuan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini di kemudian hari.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya.
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan
Penulisan.............................................................................. 2
1.4 Manfaat
Penulisan............................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengolahan Besi............................................................................... 3
2.2
Pengolahan Tembaga..................................................................... 10
2.3
Pengolahan Nikel............................................................................ 14
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan..................................................................................... 19
3.2 Saran............................................................................................. 19
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ 20
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam
semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-unsur
kimia berjumlah sekitar 114 unsur yang dikelompokan berdasarkan kesamaan
sifatnya ke dalam golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan
transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokan menjadi unsur
logam, nonlogam, semilogam dan gas mulia.
Keberadaan
unsur-unsur kimia di alam sangat melimpah.sumber unsur-unsur kimia terdapat di
kerak bumi, dasar laut dan atmosfer baik dalam bentuk unsur bebas (Pt, Au,C,
N2, O2 dan gas-gas mulia), senyawa maupun campurannya.
Sulit
dibayangkan jika kita hidup tanpa adanya unsur kimia karena semua benda yang
ada di alam ini mengandung unsur kimia. Tak bisa dipungkiri, selain memberikan manfaat,
beberapa unsur kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Melalui makalah ini kami harapkan pembaca dapat memahami dan
mengetahui kimia unsur lebih spesifik lagi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara pengolahan logam transisi besi ?
2.
Bagaimana cara pengolahan logam transisi tembaga ?
3.
Bagaimana cara pengolahan logam transisi nikel ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penulis bertujuan melakukan suatu
pengkajian dan pembahasan tentang :
1.
Dapat memahami cara pengolahan besi.
2.
Dapat memahami cara pengolahan tembaga.
3. Dapat memahami cara pengolahan nikel.
1.4
Manfaat Penulisan
Agar penulis dan pembaca dapat
memahami cara pengolahan logam-logam transisi khususnya pengolahan besi,tembaga
dan nikel.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGOLAHAN BESI
Secara umum proses pengolahan besi dari
bijihnya dapat berlangsung dengan memasukkan bahan-bahan ke dalam tanur berupa
bijih besi yang berupa hematit (Fe2O3) yang bercampur dengan pasir (SiO2) dan
oksida – oksida asam yang lain (P2O5 dan Al2O3), bahan – bahan pereduksi yang
berupa kokas (karbon), bahan tambahan yang berupa batu kapur (CaCO3) yang
berfungsi untuk mengikat zat – zat pengotor.
Udara
panas dimasukkan di bagian bawah tanur sehingga menyebabkan kokas terbakar.
Reaksi ini sangat eksoterm (menghasilkan panas), akibatnya panas yang
dibebaskan akan menaikkan suhu bagian bawah tanur sampai mencapai 1.900o C
C(s)
+ O2(g) -> CO2(g) (1)
gas
CO2 yang terbentuk kemudian naik melalui lapisan kokas yang panas dan bereaksi
dengannya lagi membentuk gas CO. Reaksi kali ini berjalan endoterm (memerlukan
panas) sehingga suhu tanur pada bagian itu menjadi sekitar 1.300o C
CO2(g)
+ C(s) -> CO(g) (2)
gas
CO yang terbentuk dan kokas pada temperatur 5000 C mereduksi bijih besi (Fe2O3)
menjadi Fe3O4
3Fe2O3(s)
+ CO(g) -> 2Fe3O4(s) + CO2(g) (3)
selain
itu pada bagian yang lebih rendah dengan temperatur 850o C, Fe3O4 yang
terbentuk akan direduksi menjadi FeO
Fe3O4(s)
+ CO(g) -> 3FeO(s) + CO2(g) (4)
selanjutnya
pada bagian yang lebih bawah lagi dengan temperatur 1.000o C, FeO yang
terbentuk akan direduksi menjadi logam besi.
FeO(s)
+ CO(g) -> Fe(l) + CO2(g) (5)
Besi
cair yang terbentuk akan mengalir ke bawah dan mengalir di dasar tanur.
Sementara itu, di bagian tengah tanur yang bersuhu tinggi menyebabkan batu
kapur terurai.
CaCO3(s)
-> CaO(s) + CO2(g) (6)
kemudian di dasar tanur CaO akan
bereaksi dengan pengotor dan membentuk terak (slag) yang berupa cairan kental.
CaO(s)
+ SiO2(s) -> CaSiO3(l) (7)
3CaO(s) + P2O5(g) -> Ca3(PO4)2(l) (8)
CaO(s) + Al2O3(g) -> Ca(AlO2)2(l) (9)
3CaO(s) + P2O5(g) -> Ca3(PO4)2(l) (8)
CaO(s) + Al2O3(g) -> Ca(AlO2)2(l) (9)
akhirnya
besi cair turun ke dasar tanur sedangkan terak (slag) yang memiliki massa jenis
lebih rendah daripada besi cair akan mengapung di permukaan dan keluar pada
saluran tersendiri.
Cairan besi yang diperoleh dari
tanur ini disebut besi gubal dan mengandung 95% besi, 4% karbon, sisanya
silikon dan fosfor. Besi gubal didinginkan dan digunakan sebagai besi tuang,
sedangkan hasil samping berupa bara digunakan untuk proses pembuatan semen.
2.1.1. Proses Reduksi Tidak Langsung (Indirect Reduction)
Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80% diproduksi dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar 8m dan tingginya mencapai 60 m. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas, dan batu kapur, dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper. Hematit akan dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai denganbeberapa bahan lainnya seperti kokas (coke), batu kapur(limestone), dan udara panas. Bahan baku yang terdiri dari campuran biji besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan ke puncakblast furnace. Bahan baku tersebut disusun secara berlapis-lapis.
Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan dari dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk karbon monoksida (CO). Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
2.1.1. Proses Reduksi Tidak Langsung (Indirect Reduction)
Pada proses ini menggunakan tungku tanur tinggi (blast furnace) dengan porsi 80% diproduksi dunia. Besi kasar dihasilkan dalam tanur tinggi. Diameter tanur tinggi sekitar 8m dan tingginya mencapai 60 m. Bahan baku yang terdiri dari campuran bijih, kokas, dan batu kapur, dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper. Hematit akan dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai denganbeberapa bahan lainnya seperti kokas (coke), batu kapur(limestone), dan udara panas. Bahan baku yang terdiri dari campuran biji besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan ke puncakblast furnace. Bahan baku tersebut disusun secara berlapis-lapis.
Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dialirkan dari dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk karbon monoksida (CO). Reaksi reduksi pun terjadi, yaitu sebagai berikut :
Fe2O3
+ 3CO → 2Fe + 3CO2
Dengan digunakannya udara panas, dapat dihemat penggunaan kokas sebesar 30% lebih. Udara dipanaskan dalam pemanas mula yang berbentuk menara silindris, sampai sekitar 500ºC. Kalor yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida yang keluar dari tanur. Udara panas tersebut memasuki tanur melalui tuyer yang terletak tepat di atas pusat pengumpulan besi cair.Maka didapatlah besi (Fe) yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih mengandung karbon yang cukup banyak yaitu 3% – 4,5%, padahal besi yang paling banyak digunakan saat ini adalah yang berkadar karbon kurang dari 1% saja. Besi yang mengandung karbon dengan kadar >4% biasa disebut pig iron.
Batu kapur digunakan sebagai fluks
yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat dalam bijih-bijih besi dan
membentuk terak cair. Terak cair ini lebih ringan dari besi cair dan terapung
diatasnya dan secara berkala akan disadap. Besi cair yang telah bebas dari
kotoran-kotoran dialirkan kedalam cetakan setiap 5 – 6 jam.
Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai bahan isolasi panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara, untuk membangkitkan energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast furnaceharuslah digumpalkan terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara panas bisa dengan mudah bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan mempercepat proses reduksi. Komposisi besi kasar dapat dikendalikan melalui
Terak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai bahan isolasi panas. Gas panas dibersihkan dan digunakan untuk pemanas mula udara, untuk membangkitkan energi atau sebagai media pembakar dapur-dapur lainnya.
Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast furnaceharuslah digumpalkan terlebih dahulu. Hal tersebut berguna agar aliran udara panas bisa dengan mudah bergerak melewati celan-celah biji besi dan tentunya akan mempercepat proses reduksi. Komposisi besi kasar dapat dikendalikan melalui
A.
Proses Reduksi Langsung (Direct Reduction)
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge iron). Juga disebut besi spons dihasilkan dari reduksi langsung dari bijih besi (dalam bentuk gumpalan, pelet atau denda) dengan mengurangi gas yang dihasilkan dari gas alam atau batubara. Gas pereduksi adalah mayoritas campuran hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) yang bertindak sebagai pereduksi. Proses langsung mengurangi bijih besi dalam bentuk padat dengan mengurangi gas disebut reduksi langsung.
Proses ini biasanya digunakan untuk merubah pellet menjadi besi spons (sponge iron). Juga disebut besi spons dihasilkan dari reduksi langsung dari bijih besi (dalam bentuk gumpalan, pelet atau denda) dengan mengurangi gas yang dihasilkan dari gas alam atau batubara. Gas pereduksi adalah mayoritas campuran hidrogen (H2) dan karbon monoksida (CO) yang bertindak sebagai pereduksi. Proses langsung mengurangi bijih besi dalam bentuk padat dengan mengurangi gas disebut reduksi langsung.
Proses reduksi langsung dianggap lebih efisien daripada tanur tiup . Karena
beroperasi pada suhu yang lebih rendah, dan ada beberapa faktor lain yang
membuatnya ekonomis.Berikut adalah contoh proses reduksi langsung antara lain :
HYL Direct Reduction Proses (reduksi langsung) adalah hasil usaha riset yang dimulai oleh Hojalata y L.Mina, S.A., pada permulaan tahun 1950-an. Usaha ini muncul dari tekanan kebutuhan yang semakin meningkat dan harus memperoleh bahan baku yang cukup mutu dan pada harga yang stabil untuk produksi lembaran baja(sheet steel).
HYL Direct Reduction Proses (reduksi langsung) adalah hasil usaha riset yang dimulai oleh Hojalata y L.Mina, S.A., pada permulaan tahun 1950-an. Usaha ini muncul dari tekanan kebutuhan yang semakin meningkat dan harus memperoleh bahan baku yang cukup mutu dan pada harga yang stabil untuk produksi lembaran baja(sheet steel).
Dalam proses ini digunakan gas
reduktor dari LNG (Liquid Natural Gas), gas alam cair ini direaksikan dengan
uap air panas (H2O). Gas reduktor tersebut digunakan untuk mereduksi pellet
:Midrex Proces
Proses
ini didasarkan pada tekanan rendah, udara bergerak berlawanan arus ke bijih
oksida besi pelet padat. Di dalam proses reduksi langsung ini, bijih besi
direaksikan dengan gas alam sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan
besi spons. Besi spons kemudian diolah lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang
bernama dapur listrik (Electric Arc Furnace). Di sini besi spons akan dicampur
dengan besi tua (scrap), dan paduan fero untuk diubah menjadi batangan baja,
biasa disebut billet. Proses ini sangat efektif untuk mereduksi oksida-oksida
dan belerang sehingga dapat dimanfaatkan bijih besi berkadar rendah.
Keuntungan
dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah :
a. Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast furnace.
b. Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam, sehingga tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
Perbedaan proses reduksi langsung dan reduksi tidak langsung
a. Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil blast furnace.
b. Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas alam, sehingga tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
Perbedaan proses reduksi langsung dan reduksi tidak langsung
- Reaksinya berbeda,pada reduksi tidak langsung Fe diperoleh dari beberapa tahap reaksi, pada reduksi langsung dengan1 tahap reaksi sudah dapat diperoleh Fe murni.
- Hasil akhirnya berbeda, Output dari reduksi tidak langsung adalah berupa Fe dalam keadaan cair (pig iron) , sedangkan output dari reduksi langsung adalah Fe dalam keadaan padat (sponge iron)
- Sumber gas reduktornya berbeda, indirect reduction menggunakan kokas untuk menghasilkan gas reduktor CO, sedangkan direct reduction menggunakan CH4
- Kualitasnya berbeda, reduksi langsung menghasilkan besi dengan kualitas yang lebih baik daripada reduksi tidak langsung. Karena reduksi tidak langsung menggunakan kokas untuk menghasilkan gas reduktor. Kokas berasal dari batubara yang mengadung sulfur, dimana S tersebut dapat ikut masuk kedalam besi hasil reduksi, yang mengakibatkan besi mengalami retak panas (hot shortness).
B. Proses Reduksi Tidak Langsung
Proses ini dilakukan dengan
menggunakan tungku pelebur yang disebut juga tanur tinggi (blast furnace).
Sketsa tanur tinggi diperlihatkan pada gambar 5. Biji besi hasil penambangan
dimasukkan ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam tanur tinggi dilakukan
proses reduksi tidak langsung yang cara kerjanya sebagai berikut :
Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang telah dikeringkan (kokas). Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungis sebagai pembentuk gas CO yang berfungsi sebagai reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower (gambar 5) sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut :
Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna untuk mencairkan besi yang telah tereduksi
tersebut.
Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang telah dikeringkan (kokas). Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungis sebagai pembentuk gas CO yang berfungsi sebagai reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower (gambar 5) sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut :
Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna untuk mencairkan besi yang telah tereduksi
tersebut.
Untuk mengurangi kotoran-kotoran
(impuritas) dari logam cair, ke dalam tanur biasanya ditambahkan sejumlah batu
kapur (limestone). Batu kapur tersebut akan membentuk terak (slag) dan dapat
mengikat kotoran-kotoran yang ada didalam logam cair. Karena berat jenis terak
lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak tersebut berada
dipermukaan logam cair sehingga dapat dikeluarkan melalui lubang terak
Besi hasil proses tanur tinggi ini disebut juga besi kasar (pig iron). Besi kasar ini merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang (cast iron) dan baja (steel). Komposisi kimia unsur-unsur pemadu dalam besi kasar ini terdiri dari 3-4 %C; 0,06-0,10 %S; 0,100,50%P; 1-3 %Si dan sejumlah unsur-unsur lainnya, sebagai bahan impuritas.
Karena kadar karbonnya tinggi, maka besi kasar mempunyai sifat yang sangat rapuh dengan kekuatan rendah serta menampakkan wujud seperti grafit.
Untuk pembuatan besi tuang, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk lempengan-lempengan (ingot) yang kemudian di lebur kembali oleh pabrik pengecoran (foundry). Sedangkan untuk pembuatan baja, besi kasar dalam keadaan cair langsung dipindahkan dari tanur tinggi ke dalam tungku pelebur lainnya yang sering disebut : tungku oksigen basa (basic oxygen furnace, atau disingkat BOF).
Dalam tungku BOF ini kadar karbon besi kasar akan diturunkan sehingga mencapai tingkat kadar karbon baj.
Besi hasil proses tanur tinggi ini disebut juga besi kasar (pig iron). Besi kasar ini merupakan bahan dasar untuk membuat besi tuang (cast iron) dan baja (steel). Komposisi kimia unsur-unsur pemadu dalam besi kasar ini terdiri dari 3-4 %C; 0,06-0,10 %S; 0,100,50%P; 1-3 %Si dan sejumlah unsur-unsur lainnya, sebagai bahan impuritas.
Karena kadar karbonnya tinggi, maka besi kasar mempunyai sifat yang sangat rapuh dengan kekuatan rendah serta menampakkan wujud seperti grafit.
Untuk pembuatan besi tuang, besi kasar tersebut biasanya dicetak dalam bentuk lempengan-lempengan (ingot) yang kemudian di lebur kembali oleh pabrik pengecoran (foundry). Sedangkan untuk pembuatan baja, besi kasar dalam keadaan cair langsung dipindahkan dari tanur tinggi ke dalam tungku pelebur lainnya yang sering disebut : tungku oksigen basa (basic oxygen furnace, atau disingkat BOF).
Dalam tungku BOF ini kadar karbon besi kasar akan diturunkan sehingga mencapai tingkat kadar karbon baj.
2.2. PENGOLAHAN TEMBAGA
1. PROSES
LIBERASI (PEREMUKAN)
proses ini biasanya dilakukan di wilayah eksploitasi bijih tembaga / tambang itu sendiri.
proses ini biasanya dilakukan di wilayah eksploitasi bijih tembaga / tambang itu sendiri.
Pabrik pengolahan (mill)
menghasilkan konsentrat tembaga dari bijih yang ditambang melalui pemisahan
mineral berharga dari pengotornya. Langkah-langkah utamanya adalah
penghancuran, penggerusan, pengapungan, dan pengeringan. Penghancuran dan
penggerusan mengubah bongkah bijih menjadi berukuran halus. Penghalusan ukuran
butir berfungsi untuk membebaskan butiran yang mengandung tembaga dan emas,
serta untuk proses pemisahan dan menyiapkan ukuran yang sesuai dengan proses
selanjutnya.
untuk proses crushing / peremukan ada berbagai type yang kita kenal saat ini diantaranya rotary crusher dan jaw crusher
selanjutnya dilakukan penggerusan / penghalusan biasanya sampai 75mkironmeter / 200mesh menggunakan ball mill (bola besi)
untuk proses crushing / peremukan ada berbagai type yang kita kenal saat ini diantaranya rotary crusher dan jaw crusher
selanjutnya dilakukan penggerusan / penghalusan biasanya sampai 75mkironmeter / 200mesh menggunakan ball mill (bola besi)
2. PROSES
FLOTASI (PENGAPUNGAN)
Bijih yang sudah halus diolah
selanjutnya melalui proses flotasi, yaitu untuk menghasilkan konsentrat
tembaga. Permukaan mineral yang bersifat hydrophobic atau aerophilic (menolak
air) dipisahkan dengan yang bersifat hydrophilic atau aerophobic (menerima
air). Pada proses pengapungan (flotasi), bubur konsentrat (slurry) yang terdiri
dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dicampur dengan reagen, kemudian
dimasukkan ke dalam rangkaian tangki pengaduk yang disebut sel flotasi, secara
bersamaan dipompakan udara ke dalam slurry tersebut.
Reagen yang digunakan berupa
- kapur 600 gram/ton bijih (berfungsi untuk mengatur pH)
- pembuih (frother) dan kolektor.
. Pembuih membentuk gelembung stabil yang tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfida logam berharga, sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat menolakair (hydrophobic). Butir mineral sulfida tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang mengapungdi permukaan. Buih bermuatan mineral berharga tersebut yang menyerupai buih deterjen berkilapmetalik akan meluap dari bibir atas mesin flotasi dan masuk ke dalam palung (launders)sebagai tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah konsentrat. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa ke pelabuhan melalui jaringan pipa slurry. Pada Tambang Grasberg panjang jaringan pipa tersebut 115 km. Selanjutnya konsentrat dikeringkan sampai kandungan airnya tinggal 9% dan kemudian dikapalkan untuk dijual.
Reagen yang digunakan berupa
- kapur 600 gram/ton bijih (berfungsi untuk mengatur pH)
- pembuih (frother) dan kolektor.
. Pembuih membentuk gelembung stabil yang tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfida logam berharga, sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat menolakair (hydrophobic). Butir mineral sulfida tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang mengapungdi permukaan. Buih bermuatan mineral berharga tersebut yang menyerupai buih deterjen berkilapmetalik akan meluap dari bibir atas mesin flotasi dan masuk ke dalam palung (launders)sebagai tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah konsentrat. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa ke pelabuhan melalui jaringan pipa slurry. Pada Tambang Grasberg panjang jaringan pipa tersebut 115 km. Selanjutnya konsentrat dikeringkan sampai kandungan airnya tinggal 9% dan kemudian dikapalkan untuk dijual.
Emas
kasar dan bebas, tidak bereaksi dengan baik pada proses flotasi. Emas tersebut
dipisahkan dan diambil dengan menggunakan konsentrator, yaitu sebuah sistem
pengambilan yang juga berfungsi sebagai pemisahan, dilakukan secara gravitasi
dan menggunakan daya sentrifugal. Dengan demikian, perolehan emas dari bijih
akan mengalami peningkatan. Bahan yang tak bernilai ekonomi terkumpulkan di
dasar sel flotasi, sebagai limbah yang disebut tailing. Tailing ini disalurkan
menuju areal pembuangan (tailing dump).
3. PROSES
PEMANGGANGAN
Konsentrat tembaga dari hasil proses flotasi mengandung beberapa unsur dengan kisaran kadar berkisar:
30% Cu,
30% Sulfur,
25% Fe,
15% gangue minerals seperti silika, 30 ppm Au, 50 ppm Ag, 3000ppm Zn, 1500 Pb
selanjutnya dilebur dan dimurnikan yang saat ini hanya tersedia di Gresik, Jawa Timur yakni oleh PT Smelting yg didirikan di Gresik Jawa Timur sebagai pabrik peleburan dan pemurnian konsentrat tembaga pertama di Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku tembaga di dalam negeri, yang mengolah sebagian produksi konsentrat PT Freeport Indonesia (Grasberg) dan PT Newmont Nusa Tenggara (Batu Hijau).
Sebagian besar (60%) katoda tembaga produk PT Smelting diserap oleh industri dalam negeri dan selebihnya diekspor.
Konsentrat tembaga dari hasil proses flotasi mengandung beberapa unsur dengan kisaran kadar berkisar:
30% Cu,
30% Sulfur,
25% Fe,
15% gangue minerals seperti silika, 30 ppm Au, 50 ppm Ag, 3000ppm Zn, 1500 Pb
selanjutnya dilebur dan dimurnikan yang saat ini hanya tersedia di Gresik, Jawa Timur yakni oleh PT Smelting yg didirikan di Gresik Jawa Timur sebagai pabrik peleburan dan pemurnian konsentrat tembaga pertama di Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku tembaga di dalam negeri, yang mengolah sebagian produksi konsentrat PT Freeport Indonesia (Grasberg) dan PT Newmont Nusa Tenggara (Batu Hijau).
Sebagian besar (60%) katoda tembaga produk PT Smelting diserap oleh industri dalam negeri dan selebihnya diekspor.
Konsentrat tembaga hasil proses
flotasi dipanggang untuk mengubah besi sulfide menjadi besi oksida,
sedangkan tembaga tetap sebagai sulfida melalui reaksi :
4CuFeS2 + 9O2----------> 2Cu2S + 2Fe2O3 + 6SO2.
sedangkan tembaga tetap sebagai sulfida melalui reaksi :
4CuFeS2 + 9O2----------> 2Cu2S + 2Fe2O3 + 6SO2.
Konsentrat bijih yang sudah melalui
pemanggangan kemudian dilebur hingga mencair dan terpisah menjadi 2 (dua)
lapisan.
- Lapisan bawah berupa copper matte, mengandung Cu2S dan besi cair
- Lapisan atas merupakan terak silikat yang mengandung FeSiO3.
Copper matte dipisahkan dari terak berdasarkan perbedaan gravitasi. Selanjutnya copper matte (68% Cu) dipindahkan ke dalam tungku lain dan secara bersamaan ditiupkan udara sehingga terjadi reaksi redoks yang menghasilkan tembaga lepuh (blister copper, 98,9% Cu).
- Lapisan bawah berupa copper matte, mengandung Cu2S dan besi cair
- Lapisan atas merupakan terak silikat yang mengandung FeSiO3.
Copper matte dipisahkan dari terak berdasarkan perbedaan gravitasi. Selanjutnya copper matte (68% Cu) dipindahkan ke dalam tungku lain dan secara bersamaan ditiupkan udara sehingga terjadi reaksi redoks yang menghasilkan tembaga lepuh (blister copper, 98,9% Cu).
4. PROSES
PELEBURAN
Pemurnian tembaga dilakukan dengan cara elektrolisis. Tembaga lepuh digunakan sebagai anoda, sedangkan tembaga murni digunakan sebagai katodanya. Elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO4.
Selama proses elektrolisis, Cu dipindahkan dari anoda ke katoda, dengan menggunakan potensial tertentu sehingga bahan pengotor dapat terpisah.
Pemurnian tembaga dilakukan dengan cara elektrolisis. Tembaga lepuh digunakan sebagai anoda, sedangkan tembaga murni digunakan sebagai katodanya. Elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO4.
Selama proses elektrolisis, Cu dipindahkan dari anoda ke katoda, dengan menggunakan potensial tertentu sehingga bahan pengotor dapat terpisah.
Unsur-unsur dan mineral ikutan dalam
konsentrat yang diolah PT Smelting, menjadi bagian dari by product yang terdiri
atas gas buang SO2, lumpur anoda (anode slime), terak besi (slag) dan gipsum.
Limbah gas SO2 tersebut diproses lebih lanjut menjadi asam sulfat yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pupuk, sedangkan terak besi dan gipsum digunakan
sebagai bahan baku industri semen. Lumpur anoda mengandung emas berkadar ±
3,25% dan ± 6,25 % perak diekspor.
Sampai saat ini erdapat tiga
proses pengolahan untuk mendapatkan logam tembaga (dalam Sukandarrumidi, 2009).
Proses tersebut adalah
1. Proses pyrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan temperature tinggi dari hasil pembakaran bahan bakar.
2. Proses hidrometallurgi, yaitu proses pengolahan bijih dengan melarutkan bijih yang kemudian dipisahkan lagi dari larutan tersebut, sehingga didapatkan unsure tembaga yang bebas dari unsure lain.
3. Proses elctrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik seperti pada eloktrolisa dan elektrothermis.
1. Proses pyrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan temperature tinggi dari hasil pembakaran bahan bakar.
2. Proses hidrometallurgi, yaitu proses pengolahan bijih dengan melarutkan bijih yang kemudian dipisahkan lagi dari larutan tersebut, sehingga didapatkan unsure tembaga yang bebas dari unsure lain.
3. Proses elctrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik seperti pada eloktrolisa dan elektrothermis.
2.3. PENGOLAHAN
NIKEL
1. Kominusi
Kominusi adalah
suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian menjadi lebih kecil, hal
ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan galian tersebut dari
mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi
kegiatan berikut :
- Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor yang lain. Dimana proses ini bertujuan juga untuk reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.
- Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus yang diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses.
2. Sizing
Merupakan
proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi sesuai ukuran yang
dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah satu pemisahan
berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi
dua antara lain :
3. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
Pengayakan atau
penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran
partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan
penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk dari proses
pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :
- Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
- Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
4. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi
adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan pengendapannya dalam
suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang
disebut classifier. Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara
lain:
- Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut overflow.
- Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah (dasar) disebut underflow.
Proses
pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept),
yaitu :
- Partition concept
- Tapping concept
- Rein concept
5. Pengeringan (Drying)
Yaitu proses
untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat
dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang
dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
- Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
- Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
- tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 – 1000).
- rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.
6. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
Tujuannya untuk
menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida
menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang
tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna,
karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan
air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini
berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur
reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk
menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan
pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel
dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara
maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang
bertemperatur sekitar 7000oC.
7. Peleburan di Tanur Listrik
Untuk melebur
kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag.
Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur
dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat
penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase
lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan api yang
didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan slag akan
terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut kelokasi pembuangan
dengan kendaraan khusus.
8. Pengkayaan di Tanur Pemurni
Bertujuan
untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas
75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke
tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses
yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka.
Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan yang memiliki berat
jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah untuk dipisahkan.
9. Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah
bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah
dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus
menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel
matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini
kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.
BAB
III
PENTUP
3.1 Kesimpulan
Proses
rekayasa dibidang Teknologi pada dasarnya merupakan upaya optimalisasi
penggunaan sumber daya alam secara efektif dan efisien agar memberikan manfaat
sebesar-besarnya untuk kepentingan hidup manusia. Ketersediaan sumber energi
alam serta meningkatnya populasi manusia, kembali manusia dituntut untuk
mencari dan menemukan energi alternative yang lebih efisien pula.
Dengan
demikian moderenisasi peradaban manusia akan menuntut menusia itu sendiri untuk
selalu berfikir dan berusaha mengembangkan Ilmu pengetahuan dan keterampilannya
agar dapat memanfaatkan dan menemukan Teknologi baru yang lebih baik dan tepat
guna, karena pada dasarnya alam telah menyediakan berbagai materi yang cukup,
hanya karena keterbatasan pengetahuan kita materi tersebut tidak dapat
dimanfaatkan, terlebih lagi pada era globalisasi dimana bangsa yang maju akan
lebih menguasi bangsa yang lemah. Berdasarkan pada kenyataan ini nampak jelas
bahwa pengetahuan tentang materi dan sumber daya alam ini mutlak harus dikuasai
agar dapat mengolah dan menggunakannya secara tepat dan
efisien sehinggga
memberikan manfaat secara optimal untuk kehidupan manusia.
3.2 Saran
Manfaatkanlah unsur transisi periode keempat yang ada
di bumi dengan sebaik-baiknya dan tidak berlebihan karena dapat menimbulkan
dampak negatif juga serta jangan disalahgunakan dalam penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.
UI-Press. Jakarta
http://www.wikipedia.com id, Wikipedia.org/wiki/Besi (Situs Ensiklopedi
Wikipedia)
Kartini, N, dkk. 2001. Kimia Bumi
Aksara. Jakarta
Keenan, Charles. W. 1992. Kimia untuk
Universitas Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
Oxtoby, David.W. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Jilid II. Erlangga: Jakarta.
Sudjana, Atep. 2004. Sains Kimia. Galaxy
Puspa Mega: Bekasi.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3.
ITB: Bandung.
Purba, Michael. 2003. Kimia 2000 Untuk SMU Kelas 3.
Jakarta : Erlangga
Balai Pustaka Jakarta.1997. Jendela Iptek Kimia.
Jakarta : Balai Pustaka
Keenan. Kleinferter. Wood. 1993. Kimia untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga.
Prabawa, Hadi. Jayaprana, Sandya. 1997. ILMU KIMIA
untuk SMU. Jakarta : Erlangga.
Dorin, Henry. 1987. Chemistry The Study of Matter.
USA: Allyn & Balcon
Nahadi. 2007. Intisari Kimia SMA. Bandung :
Pustaka Setia. www.scribd.com
Sering kalah dalam bermain Slot?
ReplyDeleteAtau
Tidak pernah Menang Sama sekali di agent lama anda??
Jangan Kecewa kawan
Mari join bersama kami
Dapatkan ragam permainan Slot terlengkap
Serta Bonus Menarik setiap harinya
Info hub
WA : 0822 6793 2581