KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah di panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan tema bangsa-bangsa kambing perah. Karya Ilmiah ini berisikan tentang bangsa-bangsa kambing yang di pergunakan untuk produksi susu atau kambing.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang di berikan dosen. Tujuan intruksional umum dari Karya ilmiah ini yaitu agar mahasiswa mampu membuat karya ilmiah dengan sempurna dan dapat mengetahui lebih dalam tentang topik yang di bahas pada kali ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing yang telah membimbing dalam pelajaran, begitu juga kepada teman-teman yang telah menyumbangkan pemikirannya demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan karya ilmiah ini tentu saja tidak terlepas dari kesalahan- kesalahan atau kekhilafan-kekhilafan, untuk itu penulis menerima kritikan sekiranya kritikan tersebut dapat menyempurnakan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap agar karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat meningkatkan pengetahuan bagi yang membacanya.
Tugumulyo, Maret 2016
Peneliti,Rizki
Fitriansyah
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAASAN
2.1 Budidaya Beternak Kambing........................................................................................ 4
2.2 Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing PE..................................................................... 5
2.3 Pemeliharaan Induk Kambing Laktasi........................................................................... 5
2.4 Pemberian Pakan Pada Induk Kambing PE.................................................................. 5
2.5 Penanganan Kesehatan Induk Kambing PE.................................................................. 6
2.6 Pemeliharaan Induk Bunting......................................................................................... 6
2.7 Pemeliharaan Induk Masa Laktasi................................................................................. 7
2.8 Karakteristik Pasar......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 9
3.2 Saran.............................................................................................................................. 9
Daftar Pustaka................................................................................................................... 10
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kambing perah merupakan komoditas
baru di Indonesi yang kemungkinan memiliki prospek pengembangan yang baik.
Walaupun belum terbukti secara ilmiah, anggapan yang berkembang di masyarakat
adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan,
seperti asma dan TBC. Oleh karena itu permintaan cenderung semakin meningkat
dan harga yang masih cukup tinggi. Di sisi lain kambing perah dapat berperan
ganda sebagai peghasil susu dan daging. Dari kebutuhan investasi, usaha kambing
pernah memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan sapi perah dan
disamping ini relatif lebih mudah dalam manajemen.
Kambing perah yang banyak
dikembangkan di Indonesia umumya kambing peranakan Etawah (PE), yang umumnya
masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu.
Susu kambing belum dikenal secara Iuas seperti susu sapi padahal memiliki
komposisi kimia yang cukup baik (kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8%) relatif
lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan
lemak 5,0% (Sunarlim dkk, 1992). Disamping itu dibandingkan dengan susu sapi,
susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kambing
lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim
dkk, 1992) (Sinn, 1983).
Produktivitas biologis kambing cukup
tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sapi (Devendra, 1975). Jumlah anak per
kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat
produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses
reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan
pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi.
Pengembangan usaha kambing PE
mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi di Kabupaten Cianjur karena daya
dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai daerah konsumen.
Tingginya impor dan masih rendahnya produksi susu sapi dalam negeri, merupakan pasar yang perlu dijajagi.
Dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia maupun di dunia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini. Indonesia mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang utama setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala pemilikian 4 – 10 ekor.
Dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia maupun di dunia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini. Indonesia mengkonsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang utama setelah sapi dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha peternakan kambing di Indonesia di dominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala pemilikian 4 – 10 ekor.
Permintaan kambing untuk konsumen
khususnya seperti restauran dan hotel-hotel masih dipenuhi oleh impor. Hal ini
disebabkan daging kambing dalam negeri kurang sesuai untuk masakan yang
dikehendaki oleh restauran dan hotel tersebut. Pengembangan pasar ke pasar
spesifik merupakan peluang ekonomi yang pantas diraih dengan pengusahaan peternakan
kambing sistem ranch, dan hal ini sangat sesuai dengan kambing PE. Komoditas
susu kambing juga memiliki propek yang baik sejalan dengan semakin
memasyarakatnya susu tersebut.
Kabupaten Cianjur memiliki
keunggulan komparatif dalam usaha peternakan kambing karena ketersediaan lahan
luas diikuti oleh kemampuan penduduk dalam menangani ternak ini. Perkembangan
teknologi dalam bidang peternakan yang pesat memungkinkan untuk mencapai
produktivitas lebih dari yang ada pada saat ini.
Usaha Peternakan Khususnya Kambing
Perah Memiliki Banyak Manfaat Bagi Masyarakat Petani Pedesaan, Antara Lain :
1. Meningkatkan penghasilan masyarakat
dari penjualan produk usaha ternak (cempe),
2. Mengurangi biaya produksi pertanian
melalui pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk (selain lebih murah juga ramah
lingkungan),
3. Meningkatkan gizi dengan konsumsi
susu yang diperoleh dari hewan ternaknya.
Sumber daya alam di pedesaan sangat
mendukung budidaya ternak terkait dengan ketersedian hijauan makanan ternak
yang hampir tersedia sepanjang tahun. Sumber daya petani melalui bimbingan dan
pelatihan secara kontinyu akan mampu menguasai teknik beternak yang baik.
Kelemahan utama yang ada adalah
keterbatasan modal sehingga usaha peternakan khususnya kambing perah belum
menjadi pilihan. Disamping itu jiwa kewirausahaan belum menjadi budaya
masyarakat sehingga inovasi dan kreatifitas tidak berkembang meskipun tingkat
pendidikan formal cukup memadai. Masyarakat pedesaan umumnya lebih suka
menduplikasi atau meniru usaha yang telah berjalan daripada memulai percobaan
usaha sendiri.
Untuk itulah saya melakukan inisiasi
peternakan kambing perah di desa tempatku lahir dan dibesarkan. Pengalaman
beternak kambing biasa (jawa randu) selama 2 tahun menunjukkan secara bisnis
cukup menguntungkan (dari 1 ekor menjadi 4 ekor). Kendala utama yang dihadapi
adalah keterbatasan pejantan sehingga perkawinan kambing tidak optimal, sebagai
akibatnya calving period terlalu panjang. Disisi lain jika memelihara
pejantan tanpa dibarengi jumlah betina yang memadai akan memboroskan biaya.
Menurut perhitungan setidaknya 10 ekor betina harus dipelihara jika memelihara
1 ekor pejantan.
1. 2 Tujuan
Melakukan analisis finansial usaha
ternak kambing di lingkungan di Kabupaten Cianjur mencangkup keuntungan usaha
jangka pendek maupun jangka panjang serta prospek pengembangan di masa yang
akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya
Beternak Kambing
Kambing banyak dipelihara oleh
penduduk pedesaan Indonesia (Mulyono, 2003), karena pemeliharaannya
lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan ternak ruminansia besar. Kambing
cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat. Menurut
Sarwono (1999), nilai ekonomis, social, dan budaya beternak kambing sangat
nyata, karena peningkatan pendapatan keluarga bisa mencapai 14-25 % dari total
pendapatan keluarga, semakin rendah perluasan lahan pertanian dan nilai sumber
daya yang diusahakan dari beternak kambing.
Kambing Etawa Berasal dari wilayah
Jamnapari India. Kambing ini paling popular di Asia Tenggara, termasuk
tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Ciri-cirinya postur
tubuh besar, telinga panjang menggantung, bentuk muka cembung, bulu bagian paha
sangat lebat, BB jantan mencapai 90 kg, BB betina 60 kg. produksi susu mencapai
235 kg/ms laktasi. Di Indonesia untuk perbaikan mutu kambing local maka
menghasilkan kambing PE (Peranakan Etawa). Sentra terbesar kambing PE adalah di
Kaligesing Purworejo Jawa Tengah (Anonim,2008).
Kambing Peranakan Etawa adalah
ternak dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging
(Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing
yang paling populer dan dipelihara secara luas di India dan Asia
Tenggara (Devendra dab Burns, 1994).
Ciri-ciri kambing PE adalah warna
bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih; hidung melengkung; rahang
bawah lebih menonjol; baik jantan maupun betina memiliki tanduk; telinga
panjang terkulai; memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjoyo,
1984). Kambing PE telah beradaptasi dengan baik terhadap kondisi
dan habitatIndonesia (Mulyono, 2003).
Menurut Sarwono (1999), bila tata
laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui serta
anaknya baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika
disapih pada umur 90-120 hari. Williamson dan payne (1993) menyatakan untuk
kambing pedaging ada kecendrungan menunda penyapihan untuk memberikan
kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.
Sedangkan untuk kambing perah, penyapihan harus dilakukan lebih awal, tanpa
mengganggu pertumbuhan anaknya, agar kelebihan produksi induk dapat
dimanfaatkan oleh peternak untuk meningkatkan pendapatan atau keperluan gizi
keluarga (Asih, 2004).
2.2 Sistem Pemeliharaan
Ternak Kambing PE
Menurut Williamson dan Payne (1993),
sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah
yang padang pengembalaannya luas, kondisi iklim yang menguntungkan,
dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar.
Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak
kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra
dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara
secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono 2003).
Sistem pemeliharaan secara intensif
memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa pengembalaan dan lebih
terkontrol (Williamson dan Payne 1993). Kambing jantan dan betina dipisahkan
begitu juga betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembang
biakkan. Kambing pejantan harus dipisahkan dengan yang betina (Devendra dan
Burns, 1994). Pertambahan bobot badan pada sistem pemeliharaan intensif ini bisa
mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram perhari (Sarwono,
1999).
Sistem pemelihraan semi intensif
merupakan gabungan dari ekstensif dan intensif yaitu dengan pengembalaan
terkontrol dan pemberian konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993).
Pertambahan bobot badan sistem ini bisa mencapai 30-50 gram per hari.
2.3 Pemeliharaan Induk
Kambing Laktasi
Pemliharaan induk kambing laktasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan susu anaknya dan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya yaitu dengan melakukan penanganan
pada waktu melahirkan, kemudian memperhatikan pakan dan air minum yang
diberikan dan juga sanitasi (kebersihan) kandang supaya terhindar dari
sumber-sumber penyakit yang bisa mengurangi produktifitas induk kambing laktasi
laktasi tersebut (Anonim, 2009).
2.4 Pemberian Pakan Pada
Induk Kambing Pe
Sarwono (1999) menyatakan, kambing
membutuhkan jenis hijauan yang beragam. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan
hijauan selain itu kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi
kebutuhan gizinya. Pakan penguat bisa berupa dedak, bekatul padi, jagung atau
ampas tahu dan dapat juga campurannya. Sodiq (2002) menjelaskan, kambing
tergolong hewan herbivore atau hewan pemakan tumbuhan. Kebutuhan ternak ruminansia
terhadap pakan, tergantung dari jenis ternaknya, umur ternak, fase
(pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh dan lingkungan
tempatnya hidup. Pakan sangat dibutuhkan kambing untuk tumbuh dan berkembang
biak (Sarwono, 1991).
Pakan yang sempurna mengandung gizi
seperti protein, karbohidrat lemak, vitamin dan mineral yang seimbang (Mulyono,
2003). Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari pada
faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk
peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).
2.5 Penanganan Kesehatan
Induk Kambing Pe
Ternak kambing merupakan ternak yang
umumnya dipelihara di pedesaan, sehingga banyak ditemukan penyakit-penyakit
seperti scabies (kudis), belatungan (myasis), cacingan dan keracunan tanaman.
Pengobatan yang biasa diberikan di pedesaan yaitu pengobatan tradisional,
meskipun banyak obat-obatan terjual di toko. Namun demikian usaha pencegahan
perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan ternak dan lingkungannya, pemberian
pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas), bersih dan tidak beracun (Anonim,
2009).
Menurut Muljana (2001), Pengobatan
ternak kambing khususnya penyakit scabies bisa menggunakan obat seperti
Asuntol, Tiguvon, Neguvon, Termadex, Benzyl Benzonate dan bisa dilakukan dengan
cara menempatkan ternak ditempat yang hangat dan pakan bergizi tinggi, rambut
kambing dicukur dan dimandikan serta bisa juga menggunakan obat-obatan seperti
serbuk belerang dicampur kunyit dan binyak kelapa yang dipanasi, kemudian
dioleskan. Penyakit belatung disebabkan oleh luka yang berdarah dan infeksi
kemudian dihinggap lalat sehingga tumbuh larva belatung. Pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan Gusanex dan obat anti biotik lainnya, atau bisa
dilakukan dengan cara membersihkan luka kemudian obati dengan gerusan
kamper/kapur barus kemudian luka ditutup dengan perban dan diulangi pada hari
selanjutnya (Anonim, 2009).
2.6 Pemeliharaan Induk Bunting
Kebuntingan pada seekor induk dapat
dianggap terjadi apabila induk tidak menunjukkan tanda birahi kurang lebih 3
minggu setelah terjadi perkawinan. Proses kebuntingan pada induk menimbulkan
banyak perubahan fisiologis, sehingga setiap cekaman dari luar harus dapat
dicegah semaksimal mungkin. Kepekaan induk bunting terhadap berbagai potensi
cekaman ini semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia kebuntingan.
Kebuntingan biasanya menyebabkan kapasitas saluran cerna untuk menampung pakan
menurun, sehingga secara fisik menekan konsumsi pakan, sedangkan kebutuhan
nutrisi meningkat, sejalan dengan bertambahnya bobot fetus di dalam kandungan.
Masa bunting pada induk
kambing sekitar 5 bulan (146-155 hari), namun periode paling kritis terjadi
selama 6-8 minggu sebelum melahirkan, karena 80% pertumbuhan janin terjadi
dalam masa tersebut. Oleh karena itu, mengetahui saat terjadi perkawinan
menjadi sangat penting dalam menduga umur kebuntingan seekor induk .Kambing
yang bunting harus ditempatkan di kandang terpisah untuk menghindari gangguan
kambing lainnya untuk menghindari perkelahian sesama kambing. Perlu juga dijaga
agar kandang tidak licin, karena bisa menyebabkan kambing yang sedang bunting
tergelincir yang mengakibatkan keguguran.
Untuk melancarkan proses kelahiran,
setiap hari kambing bunting sebaiknya dikeluarkan dari kandang dan dibawa
berjalan-jalan selama satu jam. Masa kebuntingan kambing selama 5 bulan.Selama
periode bunting, kambing juga membutuhkan pakan yang lebih banyak dan lebih
berkualitas untuk menunjang seluruh proses didalam tubuhnya. Di samping itu
untuk menunjang proses laktasi setelah beranak. Pakan berupa hijauan yang
bervariasi (dalam jumlah 10% berat badan) dan kosentrat 0,5-0,6 kg perhari
sudah mampu mencukupi kebutuhan kambing bunting ( Sodiq dan Abidin.2002).
2.7 Pemeliharaan Induk
Masa Laktasi
Masa laktasi adalah masa kambing
perah mampu menghasilkan susu. Sesaat setelah melahirkan , ambing kambing sudah
menghasilkan cairan yang disebut kolostrum. Kolostrum bisa keluar dengan cara
diisap oleh cempe atau diperah. Untuk kambing-kambing perah, sebaiknya kolostrum
dikeluarkan dengan cara diperah dan diberikan kepada cempe dengan menggunakan
ambing buatan berupa botol susu bayi. Tujuannya untuk menghindari kotornya
ambing yang akan menyebabkan susu kambing yang akan dihasilkan tercemar.
Kolostrum dihasilkan oleh ambing selama 2-7 hari, setelah itu ambing akan
menghasikan susu normal. Atas dasar pertimbangan ekonomi , sebaiknya cempe
diberi susu buatan, sedangkan susu kambing yang dihasilkan seluruhnya dijual
(Sodiq dan Abidin.2002).
2.8 Karakteristik Pasar
Pasar bagi daging kambing dapat
digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni pasar tradisional bagi masyarakat
pedesaan dan sebagian masyarakat kota dan pasar khusus bagi masyarakat kota.
Kedua jenis konsumen daging kambing ini mempunyai karakteristik yang berbeda.
Konsumen dari pasar tradisonal belum memperhatikan aspek-aspek kesehatan hewan,
pembangunan jenis daging dan cara penanganan daging. Sedang konsumen masyarakat
kota sangat memperhatikan masalah-masalah kesehatan hewan/daging, cara
penanganan dan pembagian jenis daging. Besarnya pangsa kedua jenis pasar ini
tak dapat ditentukan.
Pada pasar tradisional, daging
kambing dibeli oleh pedagang dari ternak, kemudian dipotong di rumah pemotongan
hewan atau dipotong sendiri. Penjualan daging ini dilaksanakan di pasar-pasar
umum. Pasar khusus masyarakat kota umumnya membeli dari pedagang daging yang
telah disertifikasi. Daging dipotong di rumah pemotongan hewan dan dijual di
supermarket atau di toko-toko khusus yang menjual daging. Hotel dan restoran
selain membeli dari supermarket juga membeli dari pemasok yang khusus
mengantarkan daging ke restoran sesuai dengan pesanan.
Tingkat permintaan daging kambing
tidak terlalu fluktuatif sepanjang tahun, namun permintaan akan meningkat
dengan cepat pada saat Hari raya Idul Adha. Pada hari raya tersebut, biasanya
permintaan daging akan meningkat dan harga akan meningkat pula. Pada Hari raya
Idul Adha, dijual kambing hidup yang sehat untuk digunakan pada kegiatan
keagamaan.
a. Persepsi konsumen.
Dari hasil studi Sukmawati et al.
19.., memperlihatkan tentang posisi susu kambing yang semakin penting di
masyarakat. Dari hasil wawancara tersebut, bahwa sebagian besar konsumen
memanfaatkan susu kambing sebagai obat (56,3%) selebihnya untuk menambah daya
tahan tubuh (31,2%) dan sebagai aprodisiak (12,5%). Susu kambing lebih dikenal
sebagai penawar penyakit tertentu disamping sebagai sumber gizi. Berdasarkan
kesimpulan dari berbagai literature tentang kandungan dan khasiat susu kambing
adalah sebagai berikut :
Dari data yang ada, susu kambing
ternyata sangat potensial sebagi sumber protein hewani disamping susu sapi.
Bagi anak-anak (bayi) yang alergi terhadap susu sapi, susu kambing dapat
menggantikannya. Oleh sebab itu, tepat sekali kalau pemasyarakatan susu kambing
dikaitkan dengan program gizi keluarga dalam program posyandu. Di Inggris, susu
kambing selain dikonsumsi, juga diolah menjadi berbagai bentuk seperti keju,
krim, mentega dan yoghurt (Mackenzie,1970).
b. Harga yang sangat menarik.
Persepsi tersebut diatas mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap mahalnya harga susu kambing jika dibandingkan
harga susu sapi yang dapat mencapai 10 kali lipat. Harga susu kambing segar
mulai Rp12.000/liter di Jawa Barat, sebaliknya harga susu sapi Rp2500 –
3000/liter.
c.
Konsumsi Susu Kambing.
Akhir-akhir ini konsumsi susu
kambing terus meningkat dari tahun ketahun. Laju peningkatan populasi yang
tidak seimbang dengan laju permintaan kambing tersebut akan menciptakan
ketidakseimbangan antara permintaan dan produksi tersebut. Jika diperkirakan
seekor kambing dapat menghasilkan daging seberat 10 kg, laju permintaan daging
kambing 6% per tahun dan laju peningkatan populasi kambing sebesar 3% per tahun
maka proyeksi permintaan dan populasi kambing tahun 1999.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kambing perah merupakan komoditas
baru di Indonesi yang kemungkinan memiliki prospek pengembangan yang baik.
Walaupun belum terbukti secara ilmiah, anggapan yang berkembang di masyarakat
adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan,
seperti asma dan TBC.
3.2 saran
Tempat pakan seharusnya tetap
dibersihkan sebelum diberikan pakan lagi, supaya sisa-sisa pakan tersebut tidak
membusuk dan mengeluarkan bau yang mengurangi nafsu makan ternak kambing.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008 . Kambing
Perah.
http://rozi2m1.blogspot.com/2008/05/setelah-150-hari-di-dalam-perut.html ( diakses pada tanggal
16 april 2014 ).
Anonim, 2009. Penyakit Umum
Yang Menyerang Pada Kambing.
http://klinikhewan09.wordpress.com ( diakses pada tanggal
16 april 2014 ).
Arif, 2010. Penanganan Proses
Kelahiran Pada Ternak Kambing. Penanganan Proses Kelahiran Pada
Ternak.
Penanganan Proses Kelahiran Pada
Ternak Kambing Kandang Bambu
Management.html ( diakses pada tanggal 16 april
2014 ).
Asih, A.R.S. 2004. Manajemen
Ternak Perah. UNRAM Press. Mataram.
Devendra C. dan M. Burns.
1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB. Bandung.
Ginting, Simon P.2009. Pedoman
Teknis Pemeliharaaan Induk dan Anak Kambing Masa Pra-Sapih. Loka Penelitian
Kambing Potong. Sumatra Utara.
Muljana, W, 2001. Cara Beternak
Kambing. CV. Aneka Ilmu. Semarang.
Thanks Infonya, admin.
ReplyDeleteUntuk mencari referensi website pertanian dan perternakan saya sarankan untuk mengunjungi website ini ya min.
Fredikurniawan.com
ilmupeternakan.web.id
Artikel yang bagus dan membantu untuk kami pelaku jasa Aqiqah bandung www.aqiqahnusantara.co.id
ReplyDelete