BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Minyak yang
terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil),
minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat), dan minyak atsiri (essential oil).
Minyak atsiri / minyak asiri adalah cairan
lembut, bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak ini
diperoleh dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar
tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa semak, belukar, atau
pohon. Minyak asiri merupakan
formula obat dan kosmetik tertua yang diketahui manusia dan diklaim lebih
berharga daripada emas.
Minyak Atsiri,
atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu
ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan)
alami. Di dalam perdagangan,sulingan Minyak
Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, Minyak Atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat
pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen
untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati)
dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan
bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari
beberapa kepik), zat-zat itu tidak
digolongkan sebagai Minyak Atsiri.
Zat beraroma yang berpotensi ini
ditempatkan dalam kelenjar kecil di bagian luar atau jauh di dalam akar, kayu,
daun, buah atau bunga tanaman. Kebanyakan tanaman mengandung minyak atsiri,
tetapi sering dalam jumlah minimal sehingga ekstraksi tidak akan bernilai, atau
harga minyak atsiri menjadi terlalu tinggi.
Minyak atsiri sangat terkonsentrat dan dalam banyak kasus harus
diencerkan sebelum digunakan. Konsentrat tinggi tersebut memiliki beberapa
keuntungan. Sebagai contoh, minyak atsiri tidak makan banyak tempat dan dapat
dengan mudah dipindahkan. Zat ini dapat dikombinasikan satu sama lain dalam
berbagai cara untuk tujuan yang berbeda.
Minyak
Atsiri merupakan suatu minyak yang mudah menguap (volatile oil) biasanya
terdiri dari senyawa organik yang bergugus alkohol, aldehid, keton dan berantai
pendek.
Minyak atsiri yang
dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil,
volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent tase), berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air.
Tanaman
yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman,
yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae
dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman
yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.
Khususnya di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman
penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian dari jenis tersebut telah
digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersil.
Minyak
atsiri dapat diperoleh dari penyulingan akar, batang, daun, bunga, maupun biji
tumbuhan, selain itu diperoleh juga terpen yang merupakan senyawaan hidrokarbon
yang bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat disabunkan. Beberapa contoh
minyak atsiri yaitu minyak cengkeh, minyak sereh, minyak kayu putih, minyak
lawang dan dan lain-lain.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa
itu serai dan minyak serai?
1.2.2 Apa
saja jenis-jenis serai?
1.2.3 Bagaimana
syarat tumbuh dan budidaya serai?
1.2.4 Bagaimana
cara memperoleh minyak serai?
1.2.5 Apa
saja manfaat minyak serai?
1.2.6 Apa
saja komponen kimia dalam minyak serai?
1.2.7 Penggunaan
minyak serai wangi sebagai bio-aditif?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami tentang serai
dan minyak serai.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis serai.
1.3.3 Untuk memahami syarat tumbuh
dan budidaya serai.
1.3.4 Untuk memahami cara memperoleh
minyak serai.
1.3.5 Untuk memahami manfaat minyak
serai.
1.3.6 Untuk
mengetahui komponen kimia dalam minyak serai.
1.3.7 Untuk
mengetahui penggunaan minyak serai wangi sebagai bio-aditif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Serai dan Minyak serai
Pernah
mendengar serai dapur? Membaca namanya, sudah semestinya benda yang satu ini
akan sering kita jumpai di dapur. Ibu-ibu sangat familiar dengannya sebagai
bumbu dapur seperti lengkuas, daun salam, daun salam, jahe, kunyit, dll. Bagian
tanaman yang digunakan sebagai bumbu dapur adalah pangkal tangkainya.
Karena
beraroma seperti lemon, serai dapur sering disebut lemongrasss (rumput lemon).
Menurut ilmu takosnomi, bumbu dapur yang sering terdapat dalam opor ayam ini
temasuk dalam famili gramineae ( rumput-rumputan) dan genus Cymbopogon. Sereh
dapur merupakan tanaman tahunan (perenial) dan stolonifera (berbatang semu).
Berdaun memanjang seperti pita, makin ke ujung main meruncing dan berwarna
hijau, sebagaimana layaknya famili rumput-rumputan yanga lain seperti ilalang
dan padi. Panjang daunnya berkisar 0,6 – 1,2 m yang tesusun pada stolon. Rumput
ini tidak menghasilkan biji meskipun dibiarkan tidak dipangkas dalam kondisi
dan waktu tertentu.
Serai
atau lebih dikenal dengan sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan
yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan makanan.
Minyak
serai adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan menyuling bagaian atas
tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan sebagai pengusir (repelen)
nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa minyaknya.
2.2 Jenis-jenis serai
Sebelum
membicarakan serai dapur ada baiknya jika membahas macam-macam serai. Secara
umum, serai dibagi menjadi 2 jenis, yaitu serai dapur ( lemongrass) da serai
wangi (sitronella). Keduanya memiliki aroma yang berbeda. Minyak serai yang
selama ini dikenal di Indonesia merupakan minyak serai wangi ( citronella oil)
yang biasanya terdapat dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura.
Minyak
serai wangi telah dikembangkan di Indonesia dan minyak atsirinya sudah
diproduksi secara komersial dan termasuk komoditas ekspor. Sedangkan minyak
serai dapur (lemongrass oil) belum pernah diusahakan secara komersial. Dari
segi komposisi kimianya, keduanya memiliki komponen utama yang berbeda. Serai
wangi kandungan utamnya adalah citronella, sedangkan serai dapur adalah sitral.
Serai
dapur terbagi menjadi dua varitas, yaitu serai flexuosus ( Cymbopogon
flexuosus) dan serai citratus ( Cymbopogon citratus ). Dalam dunia perdagangan
minyak atsiri, minyak serai flexuosus disebut sebagai East Indian Lemongrass
oil. Sedangkan serai citratus dikenal ddengan West Indian lemongrass oil.
Keduanya dapat tumbuh subur di Indonesia meskipun yang terbanyak dalah jenis
West Indian. Perbedaan yang sangat jelas dari keduanya terletak pada
sifat-sifat minya atsiri yang dihasilkan. Minyak serai India timur lebih
berharga daripada India barat, terutama karena kandungan sitralnya yang lebih
tinggi.
2.3 Syarat tumbuh dan budidaya
Serai
dapur tumbuh liar di daerah-daerah tropis seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam,
India, Amerika tengah,sebagian Amerika Selatan dan Afrika. Meskipun dapat juga
tumbuh pada iklim dingin namun produktivitasnya menurun. Serai dapur lebih
menyukai daerah dengan limpahan cahaya
matahri yang besar, curah hujan tidak terlalu berlimpah, serta ketinggian
sampai 100 m dpl. Cuaca yang panas dan sinar matahari akan merangsang
pembentukan minyak dalam tanaman. Di daerah yang curah hujannya melimpah, serai
dapat dipanen lebih sering dibandingkan dengan daerah kering namun minyak yang
dihasilkan berkadar sitral lebih rendah.
Tanaman
ini tumbuh baik pada tanah yang berdrainase baik, bertekstur ringan, lempung
berpasir, sampai pasir berdebu. Namun hasilnya kurang pada tanah bertekstur
berat, keras, dan dapat menahan air. Tanaman yang dibudidayakan diatas tanah
yang baik dapat menigkatkan rendemen minyak serta kandungan sitralnya lebih
tinggi. Serai dapur masih belum banyak dibudidayakan di Indonesia, karena
sebagian besar digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sebagai campuran makanan /
rempah-rempah. Padahal serai dapat termasuk jenis tanaman yang mudah dalam hal
budidaya dan perawatan. Ham dan penyakit yang menyerang tanaman ini boleh
dikatakan tidak ada. Begitu pula minyak atisirinya lebih bernilai dibandingkan
minyak serai wangi.
Perkembangbiakan
dilakukan dengan sistem bonggol akar pada batang semu (stool). Batang semu yang
telah dewasa (minimal terdiri dari 10 pelepah daun) digunakan sebagai bibit.
Satu rumpun serai dapur yang telah dewasa yang berumur lebih dari 1 tahun dapat
menghasilkan bibit di atas 50 batang. Tanaman serai yang telah dewasa dicabut
dan akarnya dipotong seperlunya. Daun dan batang semu dipangkas hingga
keseluruhan bibit mencapai panjang kurang lebih 20-30 cm.
Persiapan
lahan dilakukan dengan pencangkulan dan pemberian pupuk kompos agar
produktivitas daun segar yang dihasilkan mencapai maksimal. Untuk penghematan,
pupuk kompos ini dapat diperoleh dari ampas daun sisa penyulingan. Lebih bagus lagi
apabila dibuat bedengan- bedengan. Pada lahan yang telah diolah, bibit serai
ditanam pada jarak 75 cm x 75 cm pada lubang tanam yang dibuat menggunakan
linggis dengan kedalaman 10 -15 cm. Lubang tanam harus benar-benar tertutup
rapat dengan tanah agara pertumbuhan sistem akar cukup baik. Penanaman
hendaknya dilakukan pada awal musim hujan untuk merangsang pertumbuhan sehingga
lebih cepat dipanen untuk pertama kali. Bagian bibit yang muncul dipermukaan
tanah kira – kira memiliki panjang 10-15 cm.
Jika
tanaman tumbuh baik, serai dapur dapat dipanen untuk pertamakali setelah
berumur 6 bulan atau panjang daun telah mencapai sekitar 1 m. Pemanenan
dilakukan dengan cara memangkas batang semu yang tersusun oleh pelepah-pelepah
daun. Pemangkasan dapat dilakukan dengan sabit atau ani-ani. Ketinggian tanaman
dari permukaan tanah diperkirakan 15-20 cm. Satu rumpun tanaman dapat
menghasilkan 1-2 kg.
Setelah
panen pertama, rumpun akan tumbuh kembali dengan cepat dan dapat dipanen
kembali setelah 3 – 4 bulan tergantung perawatan dan iklim daerah tanam. Masa
produktif tanaman serai dapur adalah 4 – 5 tahun. Semakin lama, produktivitas
daun basah yang dihasilkan semakin sedikit. Dalam 1 ha lahan dapat dihasilkan
daun serai dapur segar 60 – 120 ton/tahun ( 4 kali panen ).
Hasil
penelitian mengatakan bahwa penambahan produk buatan setelah masa panen dapat
menambha produktivitas tanaman. Pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap
jumlah anakan. Sedangkan pupuk KCl berpengaruh terhadap tinggi tanaman.
Sehingga penambahan campuran urea dan KCl dapat meningkatkan hasil
panenan.
2.4 Cara memperoleh
minyak serai
Minyak serai wangi
diperoleh dari penyulingan tanaman serai wangi (Cymbopogonnardus L) yang
mengandung senyawa sitronellal sekitar 32-45%, geraniol 10-12%, sitronellol
11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronellal asetat 2-4% dan sedikit mengandung
seskuiterpen serta senyawa lainnya.
Setelah panen, daun serai
hendaknya disuling untuk menghindari kehilangan minyak karena penguapan. Dauan
serai dirajang dahulu sampai panjangnya menjadi sekitar 10 -15 cm dan
secepatnya dimasukkan ke dalam ketel suling. Perajangan ini berfungsi untuk
memperbesar bulk density bahan, sehingga secara kuantitas dapat dimasukkan
lebih banyak bahan ke dalam ketel suling. Perajangan ini berpengaruh terhadap
rendemen minyak yang menguap ke udara bebas. Ketel suling bevolume 3000 liter
mamnpu menampung bahan olah 800-1000 kg daun rajangan.
Penyulingan dilakukan
baik dengan penyulingan uap air atau penyulingan uap pada tekanan sedidikt di
atas 1 atm. Waktu penyulinga antara 1 – 3 jam, tegantung pada jumlah uap dan
jumlah bahan yang diolah. Rendemen minyak bervariasi antara 0,2 – 0,4 % basis
basah. Rendemen minyak pada serai dapur dipengaruhi oleh :
·
Tingkat kesegaran bahan
olah. Semakin segar bahan olah, semakin tinggi rendemannya. Bahan yang kering
kemungkinan telah terjadi penguapan sejumlah kecil minyak ke udara bebas.
·
Kualitas bahan olah.
Bahan olah yang mengandung banyak batang semu dibandingkan daunnya akan
menghasilkan rendemen minyak yang kecil. Minyak atsiri banyak terdapat dalam
daun sedangkan tangkai / batang pada bahan olah sedikit menghasilkan minyak dan
berkontribusi besar terhadap berat bahan olah.
·
Jenis serai dapur.
Jenis serai flexuosus mengahsilkan rendemen minyak yang lebih baik daripada
serai citratus.
·
Perlakuan awak bahan
olah.
Minyak
serai dapur harus dismpan dalam wadah yang terlindung dari udara dan cahaya,
dan bebas dari air sebelum dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan. Media simpan
yang paling baik adalah botol-botol tertutup berwarna gelap sehingga tidak
tembus cahaya. Penyimpanan minyak serai perlu diperhatikan dengan baik karena
sangat berpengaruh terhadap kualitas minyak, terutama kadar sitralnya. Apalagi
untuk penyimpanan dalam jangka waktu lama yang memungkinkan terjadinya
degradasi kualitas minyak, seperti terjadinya oksidasi aldehid, hidrolisa
ester, polimerisasi, dan resinifikasi.
Komponen utama minyak
serai wangi adalah sitronellal dan geraniol yang masing-masing mempunyai aroma yang khas dan
melebihi keharuman minyak serai sendiri. Komponen-komponen tersebut diisolasi
lalu diubah menjadi turunannya. Baik minyak, komponen utama atau turunannya
banyak digunakan dalam industri kosmetika, parfum, sabun dan farmasi. Kandungan
sitronellal dan geraniol yang tinggi merupakan persyaratan ekspor.
Minyak yang kurang memenuhi
persyaratan ekspor, dijual di pasar dalam negeri sebagai bahan baku industri
sabun, pasta gigi dan obat-obatan. Sebelum Perang dunia kedua, Indonesia
merupakan negara pengekspor utama minyak serai wangi. Namun saat ini negara
produsen utama adalah RRC. Hal ini disebabkan karena produksi minyak serai
wangi Indonesia selalu menurun dan mutunya kalah dibanding China dan Taiwan.
Padahal permintaan cukup besar, karena kebutuhan pasar selalu meningkat 3-5%
per tahun. Untuk meningkatkan produktivitas dan mutu minyak tersebut, Balittro
telah mendapatkan 3 varietas unggul seraiwangi produksi tinggi yaitu Gl, G2,
dan G3 dengan produktivitas minyak masing-masing 300-600 kg/ha/th dengan kadar sitronela
44%, 280-580 kg/ha/th dengan kadar sitronella 46%, dan 300-600 kg/ha/th dengan
kadar sitronela 44%. Pada saat ini pengembangan tanaman 4 serai wangi dilakukan
di Kebun Percobaan Balittro di Manoko, Lembang Bandung.
2.5 Manfaat minyak serai
Minyak atsiri (
minyak esensial) serai digunakan secara luas di wilayah Asia. Tida seperti
minyak atsiri dari tumbuhan lain, semua bagian tanaman serai dapat diesktrak
untuk memperoleh minyak atisirinya.
Minyak atsiri
serai memiliki banyak keguanaan dari perawatan kulit hingga untuk mengusir
serangga.
§ Menyembuhkan
kurap
Ini
adalah resep yang banyak digunakan di India. Campurakan 3 – 5 tetes minyak
serai dengan 100 mL minyak carrier, seperti sweet almond atau minyak jojoba.
§ Sebagai
pewangi untuk produk perawatan kulit
Minyak
serai banyak digunakan dalam lotion, krim dan sabun. Tambahkan beberapa tetes
minyak serai ke lotion yang belum diberi pewangi atau lotion buatan sendiri,
atau tambahkan minyak serai pada sabun gliserin dan nikmati aroma wanginya.
§ Meringankan
sinus dan membuka saluran pernapasan
Sifat
aromatik kuat pada minyak serai akan melancarkan pernapasan, terutama dalam
kasus sinusitis parah. Tambahkan 3 -3 5 tetes minyak atisiri serai dalam
semangkuk air panas dan hirup uapnya. Cara lain, juga bisa dengan menghirup
langsung minyak serai dari botolnya.
§ Digunakan
sebagai minyak pijat
Minyak
serai memiliki sifat menenangkan dan anti spasmodik sehingga ideal untuk pijat. Campurkan 3 – 5 tetes
minyak serai dengan 100 mL minyak carrie dan gunakan untuk pijat. Minyak pijat
serai juga akan membantu anda tidur lebih nyenyak.
§ Pengusir
serangga alami
Serangga
tidak tertarik dengan aromanya yang kuat. Campurkan 10 – 20 tetes minyak serai
dalam 200 mL air. Tuangkan larutan ke dalam botol semprot. Semprotkan larutan
ke kulit untuk mengusir serangga.
Minyak serai wangi
juga digunakan secara meluas pada pewangi sabun, detergen, pembersih lantai,
aeorosol dan aneka jenis produk teknis lainnya. Dalam jumlah yang kecil
digunakan pada industri makanan dan minuman seperti anggur, saus permen, rempah
dan lainnya. Selain itu, minyak serai wangi juga digunakan sebagai bahan yang
digunakan di luar seperti keperluan obat sakit kepala, sakit gigi, ramuan air
mandi.
2.6 Komponen kimia minyak serai dapur
Lemongrass oil
memiliki aroma khas lemon. Biang keladi aroma tersebut adalah sebuah senyawa
bergugus fungsi aldehid, yakni sitral sebagai senyawa utama minyak. Minyak
serai dapur tipe East Indian memiliki kandungan sitral lebih tinggi daripada
tipe West Indian. Kandunga sitral kedua tipe minyak ini anatra 75 -88 %.
Sedangakan standar perdagangan minyak serai dapur adalah kadar sitratnya
minimal 75 %. Hal inilah yang paling membedakan kedua tipe serai ini. Tipe East
Indian larut sempurna 1:2 volume pada alkohol 70%, sedangkan West Indian larut
pada 1:4 volume. Hal ini menandakan bahwa pada minyak tipe West Indian terdapat
banyak kandungan terpen-terpen tak beroksigen yang sukar larut dalam alkohol.
Terpen-terpen tak beroksigen ini kurang disukai kehadirannya dalam minyak
atsiri.
Secara visual,
warna minyak kedua tipe ini juga berbeda. Minyak East Indian berwarna kuning
tua sampai coklat merah tua. Tipe West Indian berwarna kuning muda sampai
coklat muda.
Selain sitral,
minyak serai wangi juga mengandung beberapa senyawa penyusun minyak atsiri
seperti sitronellal, geraniol, mirsen, nerol, farnesol, metil heptenol,
dipenten, n-desialdehid, linalool, metal heptenon, dan senyawa-senyawa lain
dalam jumlah kecil. Minyak serai wangi merupakan salah satu jenis minyak atsiri
terpenting sebagai sumber senyawa sitral. Sitral digunakan sebagai bahan baku pmbuatan
senyawa ionon. Ionon adalah golongan senyawa-senyawa aromatis sintetik yang
banyak digunakan sebagai pewangi dalam berbagai macam parfum dan kosmetik.
Ionon memiliki bau seperti violet yang intensif dan tahan lama. Di samping itu
sitral, sangat penting sebagai bahan baku pada sintesa vitamin A.
2.7 Minyak serai wangi sebagai bio-aditif
Penggunaan
minyak serai wangi sebagai bio-aditif diawali dengan serangkaian penelitian
dari penyulingan tanaman serai wangi, dan dilanjutkan dengan karakterisasi minyak
atsiri seperti meliputi berat jenis, kekentalan, titik nyala, titik didih,
derajat penguapan, residu penguapan, kadar sulfur, angka kalori dan komposisi
kimia menggunakan GCMS.
Dari hasil data
parameter yang diperoleh kemudian diformulasikan sebagai bio-aditif. Pengujian
formula meliputi berat jenis, kekentalan, titik nyala, derajat penguapan,
residu penguapan, angka octan, angka cetana dan karakter pembakaran serta
pengujian campuran aditif dengan bensin dan solar. Pengujian di lapang
dilakukan untuk aplikasi aditif dan bahan bakar pada kendaraan bermotor.
Parameter yang diuji terdiri dari kinerja pembakaran pada mesin (power
performance), residu deposit karbon, komposisi gas buang dan tingkat penurunan
konsumsi bahan bakar.
Penggunaan
bio-aditif dari serai wangi dapat menghemat penggunaan bensin 30-50 % pada
kendaraan roda 2 (Gambar 2 atas), sedangkan pada kendaraan roda 4 penambahan
aditif dapat menghemat 15-25% (gambar 2 bawah). Artinya bahwa jarak tempuh
kendaraan roda 2 maupun 4 akan lebih jauh dengan penambahan bio-aditif serai
wangi dengan volume bensin yang sama dibandingkan dengan tanpa penambahan
bio-aditif ini.
Penggunaan
bio-aditif pada kendaraan roda 4 dengan bahan bakar solar juga dapat menghemat
15-40% (Gambar 3). Bio-aditif serai wangi 100% bahan baku dari minyak atsiri
(nabati), tidak mengandung bahan sintetis, dapat berfungsi sebagai katalisator dan mempunyai
sifat detergensi pada system bahan bakar mesin sehingga memberikan manfaat;
menghemat BBM, menyempurnakan proses pembakaran BBM, membersihkan sistem bahan
bakar (fuel system) sejak dari tangki, karburator/injection sampai ruang bakar,
menghaluskan suara mesin, mempertahankan temperatur mesin pada kondisi normal
hingga terhindar dari over heating, menurunkan kadar emisi dari gas buangan
beracun, mengurangi asap hitam, tidak menimbulkan iritasi kulit, tidak bersifat
korosif dan tidak explosive.
Bio-aditif
berbasis seraiwangi untuk sementara diberi nama Gastrofac untuk BBM bensin dan,
Cetrofac untuk solar, dan telah dilaunching pada acara ENIP 2010 (Expo Nasional
Inovasi Perkebunan) 12-14 November 2010. Penggunaan bio-aditif ini dapat
dilakukan dengan menambahkan 1 ml bio-aditif ke dalam 1000 ml bahan bakar
minyak bensin atau solar kendaraan, tunggu 4-6 detik, dan dapat dirasakan
bedanya ketika dikendarai. Pengembangan formula bio-aditif berbasis minyak
seraiwangi kini masih terus dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik, bekerjasama dengan PT. Sinergi Alam Bersama.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Minyak
serai adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan menyuling bagaian atas
tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan sebagai pengusir (repelen)
nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa minyaknya.
Minyak
serai wangi telah dikembangkan di Indonesia dan minyak atsirinya sudah
diproduksi secara komersial dan termasuk komoditas ekspor. Sedangkan minyak
serai dapur (lemongrass oil) belum pernah diusahakan secara komersial. Dari
segi komposisi kimianya, keduanya memiliki komponen utama yang berbeda. Serai
wangi kandungan utamnya adalah citronella, sedangkan serai dapur adalah sitral.
Serai
dapur terbagi menjadi dua varitas, yaitu serai flexuosus ( Cymbopogon
flexuosus) dan serai citratus ( Cymbopogon citratus ). Dalam dunia perdagangan
minyak atsiri, minyak serai flexuosus disebut sebagai East Indian Lemongrass
oil. Sedangkan serai citratus dikenal ddengan West Indian lemongrass oil.
Keduanya dapat tumbuh subur di Indonesia meskipun yang terbanyak dalah jenis
West Indian.
Minyak serai wangi
diperoleh dari penyulingan tanaman serai wangi (Cymbopogonnardus L) yang
mengandung senyawa sitronellal sekitar 32-45%, geraniol 10-12%, sitronellol
11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronellal asetat 2-4% dan sedikit mengandung
seskuiterpen serta senyawa lainnya.
3.2
Saran
Dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, seperti dalam hal penulisan atau menemui kalimat yang
sukar dimengerti apa maknanya. Dalam hal ini penulis mengharapkan saran dan
kriktik yang membangun dari pembaca.
Daftar Pustaka
Anonim.
2010. Khasiat dan Manfaat Minyak Serai. http://oketips.com/khasiat-dan-manfaat-minyak-serai (diakses tanggal 27 Mei 2012).
Ferry.
2005. Minyak Sereh Dapur/Lemongrass Oil.
http://ferry-atsiri.blogspot.com/minyak-sereh-dapur-lemongrass-oil.html
(diakses tanggal 27 Mei 2012).
Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment